Tanaman
tembakau yang tumbuh kurang baik akibat terlalu banyak hujan
Manisrenggo ~ Sebagian besar petani tembakau di
wilayah kecamatan Manisrenggo sempat dibuat kalang kabut ,akibat fenomena alam
berupa anomali iklim.Anomali iklim yang menyebabkan terjadinya kemarau basah
hingga saat ini pun masih menghantui pikiran petani.Pasalnya hingga Kamis
tanggal 25 Juli 2013 kemarin hujan deras masih mengguyur wilayah sentra tembakau rajangan di kabupaten
Klaten tersebut.Memang sebagai petani yang telah banyak makan asam garam
,kejadian yang cukup langka ini tidak menyiutkan nyali untuk berusahatani
komoditas tanaman perkebunan ini.
Hal ini
sebagaimana dikatakan Suntoro petani dari padukuhan Cemeti ,desa Sukorini,sejelek
apapun keadaan tanaman tembakau tidak perlu dirisaukan,yang terpenting adalah
nanti pada saat panen dan merajang tembakau cuaca kering,sehingga harga jualnya
diyakini laku dengan nilai tinggi.Musim ini saya menanam dua patok,karena hujan
masih sering turun menyebabkan biaya pemeliharaan khususnya mendangir menjadi
membengkak.Kalau normal paling sekali dangir,kemarin sudah tiga hingga empat kali dilakukannya,dengan demikian total
ongkosnya semakin besar hingga panen September nanti.
Berbeda
dengan Suntoro,Waliko seorang petani dari padukuhan Sonokeling mengatakan bahwa
tanaman tembakaunya baru berumur kurang lebih 19 hari,pada luasan satu patok
sawah kurang lebih 2.000 meter persegi.Jumlah benih yang ditanam 4.000 an batang
sekarang harga beli perbatang Rp 50,00.Kondisi pertanaman terlihat relatif
bersih dari gulma ketika sedang didangir dan memupuknya dengan ZA.Pegolahan
tanah semula menggunakan traktor dengan biaya Rp 200.000,00 hal ini membuat
kondisinya hingga kini masih gembur,walaupun sudah beberapa kali kehujanan.Walaupun
termasuk belakangan menanam tembakau,dan melihat banyak petani yang mengganti
benih hingga dua tiga kali setelah yang perdana mati.Bahkan yang putus asa
,menggantinya dengan tanaman lain.Menanam tembakau sudah menjadi
tekadnya,lanjut Waliko yang didampingi isterinya.Diakuinya memang biaya
pembudidayaan tembakau saat ini secara keseluruhan menjadi lebih mahal
dibanding tahun – tahun sebelumnya,terutama untuk biaya pendangiran.
Sehingga Waliko,Suntoro
dan petani tembaku yang lain di Manisrenggo tetap optimis pada saat panen nanti
harga jual tembakau rajangannya akan dibeli tinggi oleh pabrik rokok,mengingat
BMKG telah memprakirakan mulai bulan Agustus sudah akan memasuki musim kemarau
sebagaimana lazimnya.Dengan demikian petani tidak mengalami kerugian,harapan
mereka.
Oleh : Kiswanto
0 comments:
Tuliskan komentar Anda...
Komentar Anda mungkin akan sangat berguna bagi kami atau pembaca lain :)